Ada hal yang kurang mengenakkan saya dalam peringatan kemerdekaan Agustus-an kemarin. saya merayakan kemerdekaan tanpa bendera merah putih.
tentu, sebagai penghormatan,setiap warga Indonesia dari sabang sampai merauke
mengibarkan bendera tetapi saya dalam kesempatan kali ini tidak memasang dan mengibarkannya, tidak
ada umbul-umbul yang sekedar ingatan yang dirawat berpuluh-puluh tahun.
Ada alasan
kali ini tidak memasang bendera, beberapa minggu lalu baru saja pindah dan tak
sempat membawa bendera lama. akhirnya mencoba cara lain mengunjungi toko atau
penjahit yang menjual bendera dan umbul-umbul. sesampai di toko stok bendera
habis segala daya telah di coba tapi keberuntungan tidak memihak. akhirnya
hanya saya yang tidak menaikkan bendera di hari kemerdekaan.
Bagi saya
nasionalisme bisa dilihat dari seberapa usaha kita berbuat, ada orang
meramaikan dengan melakukan kegiatan; lomba, bersih-bersih, ikut upacara,
menaikkan bendera dan lain-lain. Semua itu membuktikan bahwa nasionalisme musti
dirayakan dengan kegembiraan dalam kemerdekaan.
Walaupun
saya tak menaikkan bendera bukan berarti saya tidak nasionalis. Saya turut
merayakannya dengan menyayikan lagu-lagu perjuangan dalam rumah membuat semua
menjadi riuh dan membuat ruangan rumah
yang tanpa perabot itu menggema. Suara memantul-mantul.
***
Kemerdekaan
itu saya maknai sebagai proses masa silam yang kemudian dihidupkan kembali.
Mengingat para pahlawan yang memberikan darah. Kemerdekaan bukan terberi
(given) tetapi musti diperjuangkan. Dan
pahlawan layak dikenang atas jasanya. Dan sebagai simbolisasi itu menaikkan
bendera dan kegiatan-kegiatan kemerdekaan lainnya.
Dan yang bisa saya lakukan
adalah menyayikan lagu-lagu kemerdekaan saja walau (sangat disayangkan) tidak
menaikkan bendera.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.