Sunday, August 14, 2016

Surat dari BUDI

Setelah berjuang dengan harap akhirnya berita bagus datang dari seberang. Sebuah surat yang saya tunggu-tunggu dua bulan lamanya; Saya Lulus Seleksi Beasiswa BUDI (Ristekdikti-LPDP). Alhamdulillah...Berkah Ramadhan.

Saya percaya hasil tidak akan mengingkari usaha. Usaha yang saya dapatkan ini berbuah akhirnya. Bayangkan sejak mendapat LoA dari supervisor di akhir tahun 2012 saya harus menunggu hingga empat tahun lamanya untuk mendapat surat ‘kelayakan’ untuk beasiswa.

Beasiswa yang mendanai saya adalah Beasiswa BUDI (Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia) kerjasama Kemristekdikti-LPDP. Beasiswa ini ditujukan kepada Dosen yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN) dan Nomor Dosen Induk Khusus (NIDK) bagi dosen non-PNS di perguruan tinggi negeri. Berukut link-nya : Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia

Bagi Dosen yang ingin mendaftar LPDP maka diberikan slot khusus dengan format BUDI-DN dan BUDI LN. Proses seleksi dilakukan secara bersama (joint selection) mulai dari seleksi administrasi, wawancara hingga lokakarya keberangkatan. Pewawancara terdiri dari tiga--juri/interviewer (biasanya Doktor dan Professor) dua orang perwakilan Ristekdikti, dan satu perwakilan LPDP. tidak ada psikolog sebagaimana kebiasaan pewawancara dikti. LPDP mungkin tahu bahwa yang diwawancarai adalah dosen yang sudah tua-tua. hehehe...

Dan selanjutnya untuk pendanaan, LPDP memiliki kewenangan besar terhadap penyantun dana karyasiswa. Jadi selamat tinggal beasiswa Dikti yang selalu dikenal selalu telat cair. Heheheh….

Untuk lolos BUDI tidak susah tapi tidak gampang-gampang juga. Melihat data statistik pendaftar bisa menjadi melihat angka. Dalam laporannya pendaftar BUDI DN dari laman sumber daya dikti sekitar 7789 dosen yang akan diterima hanya 2000. Sedang BUDI LN digelombang pertama pendaftar sekitar 1800-an dari 300 kuota yang tersedia. Hasilnya, yang lolos seleksi hanya 168 jadi masih tersisa sekitar 132. Anda nilai sendiri beasiswa ini gampangan atau tidak. Bagi saya cukup gampang, seorang dosen sudah pasti bisa mendaftar BUDI. Pendanaan full dari LPDP saya yakin akan lebih kompetitif. Tapi siapa peduli beasiswanya bergengsi atau tidak yang penting bisa sekolah keluar negeri itu keren bagi saya. Yang penting setelah selesai, ilmu, metode dan jejaring digunakan atau tidak. Bagi saya Beasiswa BUDI sangat bergengsi.

**

Keberhasilan meraih beasiswa BUDI kali ini bukan hal yang mudah perjalanan setelah tahun 2012 yang tidak pernah mengenal lelah bahkan bisa dibilang nekat (sekali-kali memang harus nekat) Beasiswa keluar negeri bisa saya dapatkan. Saya ingin mengambil jeda sedikit tentang perjalanan beasiswa saya yang semoga bisa menjadi penyemangat buat BUDI-man dan BUDI-wati. 

Pengalaman seleksi beasiswa dari tahun ke tahun
  1. Manbukagusho – Tidak lolos berkas
  2. Stuned – Tidak lolos berkas, sudah ada LoA
  3. New Zealand – Tidak lolos berkas
  4. ADS – Tidak lolos berkas
  5. Leiden-Dikti - hanya sampai wawancara, bertemu David Henley
  6. LPDP – hanya sampai diwawancara
  7. LPDP (lagi) – Tidak lolos berkas (karena dianggap memalsukan tanda tangan pemberi rekomendasi)
  8. BUDI – Berhasil (akhirnya…)
(ini belum termasuk dalam persiapan mengejar founding lain)

Bagi pencari beasiswa gagal sekali, dua kali atau berkali-kali itu biasa yang bahaya jika tidak pernah berhasil. Berarti tidak pernah mendaftar, hehehe…

Saya pernah membaca dalam sebuah majalah yang menukil tentang teori efek kupu-kupu bahwa gejala alam itu terjadi secara acak. Begitu juga nasib. Nasib orang terjadi secara acak maka saat satu kejadian mengalami kegagalan maka kejadian lain bisa menjadi berhasil. Karena bersifat random. Maka tidak heran jika seseorang gagal dipercobaan di tempat yang satu maka akan berhasil di tempat yang lain. Dalam Bahasa agama Islam, jika pintu kebahagiaan yang satu tertutup maka pintu kebagiaan yang lain akan terbuka. Jadi mengapa harus menangisi nasib jika gagal? Toh yang lain akan menunggu. Inna ma'al usri yusra, dibalik kesusahan terdapat kemudahan (Quran, 94;5).

Saya ketika ditanya interviewer dari LPDP: “jika kamu gagal di seleksi ini apa pendapatmu? Saya jawab dengan mantap: “saya akan mencoba terus sampai saya dapat. Saya orang yang positif tapi realistis. Tapi saya berharap saya dapat lulus diseleksi ini”. Saya berfikir positif walaupun sebenarnya kegundahan juga melanda. Bagaimana kalau tidak lolos (lagi)? haruskah saya berlari ke hutan atau ke laut saja? Seperti kisah dalam AADC?

Akhirnya saya berlari (maksudnya jalan-jalan keliling kota bersama istri dan anak) sengaja keluar rumah tidak memegang hp biar tidak terlalu tegang saat hari-H pengumuman. Hingga akhirnya ketika memegang hp dan muncul notifikasi sms teman-teman (terimakasih Kak Dikman Maheng, Ibu Ririn dan Teman-teman kampus UMK). 

***
Surat Budi sudah ada di tangan. Saya membacanya berulang-ulang untuk lebih meyakinkan. diakhir katanya. Si BUDI berkata: “Selamat Bagi Anda yang lolos seleksi wawacara BUDI LN”

sumber: Ristekdikti


2 comments:

  1. Mas, beasiswa BUDI mensyaratkan LoA Unconditional bukan? Apakah LoA dr supervisor cukup? Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak/mas, pengalaman tahun 2016 masih bisa LoA conditional sebagai syarat untuk wawancara. tapi sekarang karena banyak yang gagal masuk univ krn bermodal conditional LoA nya maka pihak LPDP dan Dikti mengharuskan calon awardee untuk LoA uncon. saya termasuk yang gagal berangkat dan batal beasiswanya krn pada saat detik2 terakhir masa tenggat tidak mendapatkan LoA Unconditional. jadi saran saya dapatkan LoA Unconditional untuk memperberbesar peluang lolos beasiswa. semoga menjawab. salam

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.

< > Home
emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.