Juni sebenarnya sudah masuk bulan kemarau. tapi entah di Makassar masih saja derai dari awan terus menghujani atap seperti peluru mechine gun. hujan kali ini tidak seindah yang dilukiskan oleh penyair kesukaanku Sapardi Djoko Damono "hujan bulan juni" larik dalam hujan bulan juni ini terlalu menggugah.
Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
Sebijak hari ini, dibulan Juni yang masih merahasiakan rindunya kepada pohon, kepada bunga, kepada jejakku yang masih ragu tuk melangkah karena ragu akan badai yang belum berlalu...smoga hujan bulan juni ini berlalu karena rinduku akan matahari yang hangat. biarlah hujan yang diikuti badai cepat berlalu sebijak puisi dan seromantis Hujan bulan juni.
hujan bulan juni ini smoga membawa pergi badai gelombang pasang yang menghempas kapal nelayan-yang ragu untuk melepas sauhnya.
badai smoga berlalu sebijak hujan bulan juni menghapus jejak yang masih ragu di bulan ini. setabah bunga yang dirahasiakan rindunya-dibiarkannya yang tak terucap diserap pohon bunga itu...badai smoga berlalu
(saat orang membicarakan badai kelvin...atau apalah dari badai pasang yang dibicarakan orang dibulan juni ini...maka terciptalah tulisanku)
Juni 2007
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.