Wednesday, October 19, 2011

Ksatria


Untuk saya, tak ada yang menulis lebih hidup tentang sosok ksatria selain Dee-Supernova dan Goenawan Mohamad. Ksatria dihidupkan Dee melalui tokoh Ferre, sedangkan yang satunya lagi Goenawan menghidupkannya melalui cerita wayang, perang Barathayudha—Pandawa dan Kurawa—Perang antara Arjuna dan Karna. Ksatria dari mitologi wayang itu seakan hidup di tangan Goenawan.

Tidak saja sebagai kasta lapis dua setelah Brahmana. Ksatria juga hadir dalam sosok berwajah gagah, berani, dan memiliki keluhuran budi.

Ksatria seperti halnya Dee yang melukiskannya dari percikan-percikan matahari. Dia adalah terang, dia juga yang dipuja-puja. Tokoh Ferre yang memberi nafas hidup pada Rana. Personifikasi matahari akhirnya terwujud dalam diri Ferre.

Dalam cerita yang lain. KSATRIA begitu hidup dan penuh kharisma dalam wujud liyan (other) : Basukarna. Karna dianggap liyan walau kita tau, ia adalah keturunan Ksatria, anak dewi Kunti. Karena hanya nasib membuatnya liyan dan tak dianggap. Ketika kebenaran dan kejujuran tak pernah dianggap ada. Maka Karna pun tak pernah dianggap ada. Dia adalah ksatria yang kesepian.

...Ia hanya seorang yang, ketika terpojok, tak bisa membaca lengkap mantra yang mungkin akan menyelamatkannya dari panah Arjuna (Goenawan Mohamad, Caping-Yang Lain).

Untuk saya (Basu) Karna adalah ksatria. ia yang terbuang yang dipelihara seorang kusir yang miskin, Adhirata dan Nyi Nanda yang berkasta sudra.Kelahirannya dianggap aib dalam istana Astina. tapi tidak dengan orang tua angkatnya yang sudra.

Perang memang tidak terindahkan. Karna pun berhadapan dengan Pandawa dalam perang Baratayudha.

***
Sesuatu yang telah terjadi kadang disesali. Tapi tidak dengan Karna. Dia tidak menyesal, tidak pula menggugat ibunya yang meninggalkannya. Karna tahu untuk menilai masa lampau yang kejam, memiriskan, memalukan dan bahkan menyedikan diperlukan kearifan. Walau memang dibutuhkan sebuah alasan.

Bagi karna, alasan dibuat sebagai sebuah pembenaran atas kesalahan. Kata-kata arif dari Ksatria, Basukarna pun mengiris-mengiris rasa :
“seadainya hamba benar-benar putra dewi Kunti, apakah sang dewi tidak merasa tercemar yang mempunya putra yang tidak tahu balas budi? Hamba yang diasuh dari keluarga berkasta sudra, kemudian Kurawa mengangkat hamba menjadi Ksatria. Apakah budi baik itu layak dikhianati?. Ciri-ciri ksatria terletak pada budi luhurnya, bukan pada asal usul keturunuannya. Seorang bisa berkasta sudra bila dalam dirinya tak dapat membedakan budi baik dan budi jelek. Bila mereka menerima kebaikan, justru mereka balas dengan kejahatan. Sekali lagi maafkan...”
Ksatria bagi saya adalah sosok yang selalu kesepian. Tidak hidup dalam riuh-rendah kemewahan dunia. Kesabarannya melampaui luas hamparan bumi, kesadarannya setaat matahari.

Agaknya kata bijak Karna yang disitir dari Hoedi Soedjanto (Majalah Sarinah, 1991 : 43) dalam sebuah renunga banyak kita temui arti Ksatria—tak sekedar lapis-lapis dalam sistem sosial. Namun juga sifat dan keteguhan hidup. dari sini saya tidak akan semena-mena bahwa liyan, orang yang diluar kebaikan, namun memiliki sifat kenabian—bisa disebut Ksatria.

Agaknya Dee dan Goenawan Mohamad telah menulis dengan gaya memikat. Dan saya (akhirnya) terpikat dengan gaya Ksatria--cukup untuk terpikat--untuk mengikuti atau bahkan mencontoh Ksatria saya kira hanya day dreaming. Saya hanyalah penikmat dari setiap penggalan kisah para Ksatria.

Jogja 191011

6 comments:

  1. bagi saya personifikasi para ksatria adalah mereka yang di malam hari menekuni buku-buku sosiologi, dan di sibuh hari menuliskan refleksi dengan kalimat yang sejernih air telaga. Bagi saya, kanda Patta adalah seorang ksatria.

    ReplyDelete
  2. hhehehehe...sanjunganta kanda.

    saya kmarin baca Disertasi kak Tasrifin. saya melihat seperti gaya nulista. kayaknya kak tasrifin menyimpan bakan menulis sastra.

    ternyata kanda Yusran banyak menginspirasi orang, dan saya masuk di dalamnya...

    smoga slalu berbagi sama kanda. shat2 slalu di Negeri Paman Sam

    salam hangat

    ReplyDelete
  3. saya pertama kali baca supernova sewaktu SMA, waktu itu benar-benar blazzz nggak nangkap maksud ceritanya kak. :D

    saya pikir setiap orang punya sisi ksatria dalam dirinya, hanya kadarnya berbeda-beda. gmn kak?

    ReplyDelete
  4. oke, blog ini berat. tapi saya suka, izin follow :)

    ReplyDelete
  5. Dyah..sy spakat. seperi bahasa Basukarna dalam cerita wayang, menjadi kesatria bukan krna kelahiran tapi karena sifat...:). saya pikir ada benarnya Karna...

    ReplyDelete
  6. Mbak Matahari, dengan senang hati. saya ijinpula lingk blognya...

    salam hangat

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.

< > Home
emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.