Monday, October 3, 2011

Mencoba Bijak

Seperti manusia, semakin dekat dengan langit semakin pula ilham datang dengan mudah.
Saya lupa kapan tanggal, hari dan sumber tulisan itu. tapi saya masih ingat saya menulisnya dari salah satu sumber (lupa kutipan) beberapa tahun silam di tahun 2006. Saya agak beruntung, tulisan dalam bentuk catatan serampangan di buku harian itu masih bisa dibaca kembali. Di buku harian yang telah berjamur itu berisi banyak kutipan kata-kata bijak dari pemikir dan orang-orang hebat. Saya sengaja banyak mengutip, sekedar untuk melatih kebijaksanaan, bukan untuk gagah-gagahan.

Membaca kembali bait demi bait dari para bijak itu sebagai stimuli memasuki ruang terdalam di relung pengetahuan tentang kebijaksanaan. saya melengkapinya dengan membaca juga blog mistikus Gede Prama (mungkin mistikus yang inspiratif di tanah ini selain dia ada Jalaluddin Rahmat, Dimitri Mahayana, dan Anand Khrisna).

Tak lupa menyinggahi catatan pinggir esais Goenawan Mohamad dalam catatan pinggir (caping). saya tertuju di catatannya dengan tema “baik”. Diceritakan dalam caping itu, bercerita tentang tiga dewa yang lelah bertemu dengan wong, penjual air, di tepi kota. Para dewa itu sudah lama berada di bumi untuk menemukan seorang seorang yang baik hati tapi tak kunjung dapat, mereka sudah menurunkan firman namun yang ditemui hanyalah kekejian, tamak, culas dan mementingkan diri.

Kata “baik” sangat singkat untuk dijadikan sebuah judul. Hanya satu suku kata. Tapi itulah GM, selalu menulis hal-hal biasa namun memiliki kedalaman makna yang luar biasa.

***
Sehabis membaca beberapa blog mistikus dan esais, saya kemudian menemani teman lama mengunjungi pamannya yang juga aktif dalam dunia mistik (tasawuf) di Hertasning-Makassar. Lama bercerita, kemudian mengajarkan kearifan yang terkandung dalam dunia tasawuf, yang tumbuh subur seperti dunia tarekat itu.

Ia mengajarkan kearifan :
Hendaklah perbanyak zikir. Shalat lail (tahajud) dan mencoba dalam sehari untuk tidak berbohong dan bersifat sombong. Dengan itu akan membersihkan hati (mu).
Yang bisa saya lakukan hanyalah merenung sehabis itu. Mencoba meresapi kata demi kata dan menghela ion-ion positif. Tak muda menjadi baik. Tapi banyak cara untuk berubah. Setiap perjalanan memberi pelajaran. Dan saya mendapatkan banyak hari itu.

Tapi itulah sebagian manusia apalagi saya, hasil perenungan itu hanya mampu bertahan sekitar lima menit saja dan mencoba ‘insyaf’ hanya bertahan sebentar. Setelah itu hilang entah kemana. Kembali menjadi manusia angkuh, tega hati, sulit memaafkan orang, curiga, sombong, sok dan kata-kata yang bisa mewakilinya. Sifat tinggi hati biasa menghinggapi manusia seperti saya yang selalu merasa diatas angin. lupa berpijak ke bumi, down to earth.

Dari sini ada pelajaran yang kembali saya "minum" dari mata air kearifan. Belajar bijak untuk hari ini dicoba esok hari lagi.

Saya mengingat satu hal, bahwa kebaikan tidak bisa di daku semuanya. Katanya, kebijaksanaan itu seperti puzzle. Di dalamnya mengandung kesabaran dan pelajaran.

--mencairkan suasana dengan segelas teh ditemani Padi-Menjadi Bijak#S07-Terimakasih Bijaksana#One Republic-Good Life. Makassar, 091011


1 comment:

  1. arif dan bijak memang padanan kata yang setia...tapi sulinya minta ampuunn. semoga bisa ya..:)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.

< > Home
emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.