Berita selalu datangnya tiba-tiba. Hari ini saat di kampus menemani mahaiswa baru istri saya mengabari "patta, mamat meninggal..." sontak saja orang baik itu walau saya tak dekat namun almarhum sahabat istri saya. Saya terdiam seraya mengucap al-fatihah dan lantunan doa dalam hati semoga almarhum diberi tempat terbaik oleh Allah.
Bagaimanapun kematian yang selalu dianggap absurd dan juga misteri tetap saja menjadi perenungan saya.
Hidup memang hanya persinggahan, hanya menumpang minum. Olehnya mati soal menunggu waktu. Begitu juga sahabat istri saya, anda dan saya. Semua yang bernyawa akan menemui mati begitu ungkapan dalam Quran.
Sore itu dengan life for rent dari Dido saya mengenang--sahabat istri saya yang juga senior di SMA--ketika berjumpa di sebuah kesempatan. Senyum selalu ia tebar dan kesan sahaja tak tanggalkan. Begitulah dia yang dikenal sosok yang baik oleh sahabatnya itu.
Diliputi rasa haru saya membuka profil almarhum di facebook dan saya tergugah ucapan senior Rizal Suaib yang akrab disapa bang Jack. Ia menuliskan kesan cita almarhum bahwa ia hanya ingin menjadi kepala desa. Titik. Sebuah cita-cita yang tak banyak dilirik karena sebagian orang hanya ingin jadi bupati, gubernur atau anggota dewan.
Terlalu panjang untuk saya tuliskan kisahnya dan seperti hari ini saya menutup dengan sajak Chairil Anwar "hidup hanya menunda kekalahan".
Istirahatlah dalam keabadian. Duhai sahabat...
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.