Wednesday, October 26, 2011

Reuni

Sebuah cerita. Teman P menjadi pekerja kantoran. Teman kedua, C pekerja Swasta. Teman ketiga A, tamatan STPDN yang bekerja di Papua. Teman keempat, E polisi hutan (konon ia slalu melakukan illegal logging) dan orang yang terakhir, Saya. Ya. itu saya yang terakhir. Sengaja menempatkan diri yang terakhir . Mengingat saya “kecil” di mata mereka. Kenapa? Mereka adalah pekerja. Sedang saya adalah pembelajar (mahasiswa) yang tidak tahu kapan menjadi pekerja.

Reuni sebagai nostalgia. Tiap yang lewat adalah lapis-lapis kenangangan yang digali kembali. Mengumpulkan perca-perca kisah yang dirasa hilang, terkubur kesibukan.

Tapi, reuni menjadi ketakutan bagi saya. Di dalamnya ada citra dan modal simbolik yang setiap pertemuan tidak lupa diselipkan. Baju, gadget, tunggangan. cukup? tidak. itu masih kurang. Kadang nyeleneh sampe urusan penghasilan dan jodoh. istri secantik apa? jabatan, udah kemana aja, gaji berapa?. Jenis pertanyaan ini yang sering muncul tanpa permisi.

(Kita tahu, reuni menjadi ajang memperlihatkan siapa kita, citra dan seberubah apa kita)

Saya mencoba larut dalam dunia para kerah putih ini, pengalaman sosial dicerita dari sabang hingga merauke juga. Serasa mengejar kebahagiaan yang begitu panjang. Sedangkan saya berdiri di titik nol. Saya sebenarnya ragu berkata bahwa saya ‘iri’ dengan kehidupan mereka saat ini. walau saya menutupinya.

Saya, yang berpura-pura merasa cair, bahagia dan larut dalam dunia mereka. Saya mencoba mengingat-ingat kembali masa silam ketika kuliah dulu bersama mereka. Saat menemukan mereka galau dalam menyelesaikan tugas akhir (terancam DO) dan saya adalah “penasehat skripsi (pembimbing di luar pembimbing utama dan teman sharing untuk skripsi mereka). Dan waktu berbalik sekarang, saya menjadi penonton melihat keberhasilan mereka. Saya senang ada sedikit andil saya secara tidak langsung terhadap keberhasilan mereka.

Saya melihat tak ada ingatan yang hadir dari sekedar basa basi “jika bukan bantuan kamu, saya tidak bisa seperti ini mas bro”. Pamrih? Lupakan soal seperti itu. itu hal remeh temeh. Tak ada yang musti dibalas. Saya hadir dengan mereka mendengar 'kenarsisan' mereka untuk bertemu dan saling mengenang. Bukan menagih imbal jasa.

***

Di pojok kanan, sekolompok muda kelas menengah tengah mengadakan pesta. Blackforest baru saja dikeluarkan dari kotak putih. Tidak ada yang berulang tahun. Nyanyian “happy birth day to you” pun tidak. balon-balon hias berwarna warni tak satupun ada. saya pikir itulah reuni. Pertemuan yang membuat mereka saling mengingat dalam suasana bahagia. di tempat ini, tempat menyatukan retak yang hilang. saya menyebutnya romansa.

Cipika-cipiki, merangkul, dan saling menepuk bahu melihatkan mereka larut dalam romansa. serasa menemukan yang hilang. Mereka memperlihatkan sesuatu yang harus ada : mengenang dan saling mengingat. Inilah reuni, menyatukan kenangan yang terserak tapi juga sebagai ajang ‘pamer’ citra.



9 comments:

  1. Mas bro nya nih yang nggak PD ? hehehehehe. Damai !

    ReplyDelete
  2. Tingkat merasa diri kurang kyaknya mesti diturunkan sedikit,PDanlah..hehehehe(damai)

    ReplyDelete
  3. anonim : sayang skali gak nyebutin identitas...:).

    Athyra : kayaknya PD musti di tingkatkan...:)

    hidup PD

    salam damai

    ReplyDelete
  4. Hai Mas bro .....

    Klu saya, Identitas dalam pergaulan internet sy rs tdk perlu, intinya tujuan komunikasi tercapai :)))

    Semoga pagi ini lebih PD ya, untuk persiapan reuni brikutnya hehehehe

    Semangat PD ^_^

    ReplyDelete
  5. @anonim. saya gak tau mau manggil mas ato mbak?

    anda ada benarnya, dalam ruang2 seperti ini orang bisa menjadi apa saja yang ia mau. from somebody to anybody...:)

    saya rasa. saya perlu mengenal anda. tapi gak pa2. komunikasi dalam ruang seperti ini hybrid jika tak saling mengetahui.

    salam hangat

    ReplyDelete
  6. Mas bro g perlu tau mo panggil mbak or mas :)

    panggil saya " Kamu " , seperti saya juga yang mau panggil mas bro seperti itu heehehee , deal ??? ^_^

    ReplyDelete
  7. Sepakat dengan komen2 yg lain, anda tidak percaya diri. Sangat rendah diri melahirkan prasangka yang mengada-ngada, tapi ada sedikit kebaikan kalau nggak mau disebut keluguan adalah anda mengakuinya hehehehe , piss yo

    ReplyDelete
  8. untuk yang anonim (tanpa nama) :

    1. saya tidak bisa memanggil anda dengan kata "kamu" ada traumatik yang pernah ada memanggil kata itu. sy panggil anda ato yang lain, ato anonim saja...maaf jk tak berkenan...

    2. trimakasi atas singgahnya...

    3. Anonim yang ketiga, ya. untuk yang ketiga. mungkin saya terlalu prasangka. maaf saya tidak lugu. hanya munngkin lebih sifatnya nihil dengan kehidupan(nya)...:)

    salam hangat

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.

< > Home
emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.