INI adalah kisah nyata yang diceritakan beberapa hari lalu oleh pengajar bahasa Inggris saya di kampus-Ibu Pamela demikian Dia disapa. Saya menceritakan ulang kisahnya tanpa memberitahunya lebih dahulu (semoga diijinkan Bu Pam). Ibu Pam menceritakan seseorang yang berasal dari keluarga tidak mampu di pedalaman Kalimantan namun lambat tapi pasti dengan ketekunan dan kecerdasannya orang itu mencapai keberhasilan yang mungkin tidak pernah ia bayangkan dalam hidupnya. From zero to hero. Ungkapan ini saya pikir cocok untuk menggambarkan perjuangan anak itu.
Sengaja saya menceritakan ini kembali agar menjadi penyemangat bagi diri saya dan mungkin orang lain yang membaca kisah ini untuk tidak pernah berhenti atau patah semangat untuk terus berusaha menjadi berarti. Seperti kisah Alif dan kawan-kawannya dalam novel 5 Menara karya Anwar Fuadi. manteranya adalah Man jadda wa jadda. Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil.
***
Siapa yang mengira bahwa seorang bocah kecil dari Kalimantan dapat menjadi orang penting dalam pendidikan?.
Di masa yang lalu seorang bocah kecil hidup di muara sungai Kalimantan. Sungai itu selalu meluap setiap hujan datang dan rumahnya selalu kebanjiran sehingga bocah kecil beserta keluarganya itu memutuskan untuk pindah ke pedalaman Kalimantan yang jauh dari hulu sungai.
Bocah yang malang itu sedih menginggalkan hulu sungai panjang itu. Namun dibalik kesedihan itu Dia juga senang karena disitulah kesempatannya untuk bersekolah. Maklum di tempat tinggalnya dahulu, di muara sungai sekolah menjadi barang langka.
Di masa-masa sekolah itu ia selalu belajar giat dan di tahun ke-4 bersekolah, Dia mendapatkan nilai excellent. Kita sudah mahfum bahwa predikat ‘excellent’ dapat dikategorikan anak cerdas. akhirnya beasiswa pun dalam genggamannya. Tapi ada ganjalan di depan mata karena di kampungnya tidak tersedia sekolah untuk kelas 4 SD ke atas.
Di masa-masa sekolah itu ia selalu belajar giat dan di tahun ke-4 bersekolah, Dia mendapatkan nilai excellent. Kita sudah mahfum bahwa predikat ‘excellent’ dapat dikategorikan anak cerdas. akhirnya beasiswa pun dalam genggamannya. Tapi ada ganjalan di depan mata karena di kampungnya tidak tersedia sekolah untuk kelas 4 SD ke atas.
Keinginannya untuk terus di bangku sekolah meluluhkan hati orang tuanya. Dia kemudian dikirim bersekolah ke kampung sebelah dan tinggal bersama sanak saudara orang tuanya. Tugasnya di rumah baru itu adalah membersihkan rumah sembari fokus melanjutkan sekolah. Di saat itu dia masih berumur 9 tahun. masih sangat belia. bekerja sambil bersekolah. berbeda dengan anak kebanyakan yang hanya fokus pada sekolah. bukan bekerja
Orang dewasa merantau dan jauh dari orang tua itu sudah biasa. namun untuk ukuran bocah 9 tahun yang harus hidup di perantauan itu luar biasa. dan itulah yang dirasakan bocah itu. Ibu Pam mengisahkan kehidupan bocah itu dengan penuh keprihatinan. dan suasana kelas pun syahdu.
Setamat SD masalah kembali datang. Di kampung keluarga orang tuanya itu tidak tersedia sekolah SMP dan sederajat. sehingga bocah itu harus pindah lagi ke kampung selanjutnya. dan di saat itu Dia sudah berumur 12 tahun.
Di masa-masa itu si bocah membagi waktu antara sekolah dan bekerja di rumah juga menjaga bayi dari keluarga orang tuanya. Di masa-masa sulit itu Dan masih mampu meraih prestasi yang sempurna tetap rangking di kelas. Dan memasuki bangku SMA, anda sudah bisa menebaknya. Lagi, bocah itu meraih kembali predikat excellent. luar biasa bagi orang yang kekurangan dan kesibukannya bekerja di rumah orang.
(kisah ini banyak kita jumpai di berbagai tempat di Indonesia. dalam kemiskinannya seseorang meraih kesuksesan dalam pendidikan).
**
Dia bukan lagi anak kecil. beranjak menuju dewasa membuatnya terus mempertahankan hidup dan bersekolah di kota. bersekolah di universitas membuatnya harus membagi waktu antara bekerja dan kuliah. kebanyakan mahasiswa yang membagi waktu antara bekerja dan kuliah rata-rata nilainya kurang memuaskan. namun lain dengan bocah (kini beranjak dewasa) itu. kemampuannya membagi waktu membuatnya mendapatkan nilai yang sangat memuaskan dan akhirnya meraih beasiswa. setamat kuliah keinginannya menjadi guru di kampungnya di Kalimantan sangatlah besar namun fasilitas kurang mendukung. akhirnya untuk meningkatkan kapasitasnya Dia dikirim ke Jakarta untuk memperdalam ilmu pedagogic. ilmu mengajar.
Kuliah di kota besar sudah pasti mahal, beasiswa kadang tidak mencukupi. jadi anak muda dari Kalimantan itu harus memutar otak untuk membiayai kuliahnya. dari pekerjaan sambilannya ia menabung kemudian membeli sepeda. pekerjaanya adalah menjajakan pakaian di saat libur, yaitu di hari Minggu. Ia menjual pakaian dengan cara kontan. namun biasanya banyak pelanggan yang minta kredit. dan tetap bisa bertahan di kota besar.
Akhir masa pelatihan guru di Jakarta. Ia mengambil sikap untuk kembali mengabdikan diri sebagai guru di kampung halamannya di Kalimantan. lambat tapi pasti dengan ketekunan dan dedikasinya Dia kemudian menjabat sebagai kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan.
Waktu berjalan. Berkat kesabaran, ketekunan dan juga dedikasinya pada dunia pendidikan yang mengantarkannya kepada puncak karir. Dia dikirim ke Australia menjadi atase di bidang Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia kedutaan RI.
Ibu Pam. bertemu sosok pejuang yang rendah hati itu di Canberra Australia. kisah hidupnya memang sangat inspiratif. Dia adalah cahaya terang dari pedalam Kalimantan
***
Bagi yang hidup di pelosok, di kampung-kampung bahkan di pedalaman yang tak terjangkau listrik. jangan menyerah akan hidup. bersungguh-sungguh dalam bersekolah itu baik dan akan membuka jalan karir kita ke depan. Bagi saya orang miskin obatnya adalah pendidikan. mereka harus disekolahkan untuk merubah hidup. kisah yang diceritakan Ibu Pam adalah salah satu contoh nyata.
Oh iya, hampir lupa. seseorang yang dikisahkan dalam cerita itu adalah sahabat Ibu Pam sendiri. Bocah yang kini menjadi orang berhasil itu bernama Pak Aria Jalil.
menarik pak
ReplyDelete