Ceritanya saya mengunjungi Palu Sulawesi Tengah untuk mengunjungi ponakan yang menikah di sekitaran pasar inpres jalan Jamur. Tiga puluh menit dari bandara Mutiara Sis Aljufri.
Setelah menginap dua hari ada hal yang selalu disebut-sebut masyarakat setempat baik di rumah atau diruang publik. Jika ada survei mungkin beberapa hal ini modusnya sering muncul: Kaledo, Pasha, sampah dan Panas.
Kaledo selalu disebut masyarakat sebagai makanan atau kuliner andalan masyarakat. Katanya, saya bilang katanya karena belum sempat menyicip makanan dari tulang sapi itu saya harus pulang. Gagal makan Kaledo. Terbuat dari bahan tulang, rempah-rempah dan yang paling utama adalah merasakan mengisap sumsum tulang sapi. Tak usah dilanjutkan nanti bikin iler.
Pasha. Orang di luar Palu saja tahu lebih-lebih masyarakat Palu. Sejak Pasha diangkat menjadi pejabat publik sebagai wakil walikota namanya tidak habis diperbincangkan termasuk kelakuan plus minusnya. Yang saya tahu Dia tinggal di citraland Palu. Itu saja. Belum ada informasi karya nyatanya. Karyanya belum sebagus suaranya. sedikit dimaklumi Dia hanya seorang wakil walikota. hanya sedikit power yang dimiliki
Sampah. Jamak di Indonesia, sampah menjadi persoalan besar. Di Palu sampah hampir memenuhi got, jalan dan fasilitas umum lainnya. Kayaknya sampah menjadi pekerjaan besar pemerintah Palu.
Panas. Palu memang panas terutama di kota. Dan memang panas. Saya sudah merasakannya. Bisa jadi karena kota Palu terletak di daerah pesisir atau mungkin karena sudah masuk musim kemarau. Entahlah.
Satu yang pasti kota Palu relatif aman dan bersahabat.
***
Dua hari bagi saya belum bisa menggambarkan seutuhnya pengalaman saya di Palu. Namanya pengalaman selalu bersifat subyektif. Dan subyektif selalu ada patahan
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.