Hari masih pagi ketika saya bersama keluarga inti (Saya, istri dan anak) menghabiskan waktu di kampus almamater, Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar Sulawesi Selatan. Sebagai alumni, kami satu suara mengajak anak melihat tempat kami menimba ilmu. Tidak saja untuk beromantika tetapi melihat perubahan dan inovasi di kampus itu. Saya alumni Sosiologi FISIP, istri saya di Fakultas Pertanian. Kami merasa tidak afdhol rasanya jika tak menyempatkan waktu berkeliling kampus. Tempat kami menempa kualitas diri.
**
Ada yang baru. Sebuah hutan (pendidikan). Dulu, dulu sekali kampus itu juga ditumbuhi pepohonan. Namun sayangnya tidak tertata. Sekarang sudah jauh berbeda. Jauh sekali. Penataan sangat nampak di kiri kanan kampus. Unhas nampaknya telah berlari kencang mengejar ketertinggalan dari kampus-kampus pulau Jawa. Tidak hanya sibuk dengan pembangunan fisik dan pengajaran namun estetika kampus juga ikut ditingkatkan.
Saya takjub dengan salah satu elemen kampus itu: taman kota atau hutan kota yang berada di dalam kampus tertata dengan indah. Maklum, di tengah maraknya konversi lahan/hutan, pimpinan kampus ini memikirkan bagaimana menghadirkan keteduhan dan ketenangan diantara bisingnya kendaraan kota dan acuhnya warga kotanya Makassar. Saya percaya, ini adalah salah satu kampus terindah di Indonesia.
Hutan ini, secara langsung atau tidak, telah menjadi tempat ‘terapi’ bagi warga kota Makassar yang penat dengan tumpukan tugas pekerjaan dan lingkungan kota yang serba organis dan penuh penuh polusi.
Membaca media cetak lokal, Fajar menyoal tentang masyarakat kota yang dihantui dengan depresi. tidak tanggung-tanggung koran itu menempatkan isu tersebut sebagai headline tiga hari berturut-turut. Saya membaca opini seorang dokter muda di koran itu, bahwa tingkat depresi di Sulawesi Selatan sangat tinggi dengan mengutip hasil riset tahun 2012 bahwa sebanyak 533.721 Orang di Sulawesi Selatan mengalami depresi.
Ini menandakan bahwa depresi membutuhkan jalan keluar. Berbelanja di mall bukanlah salah satu cara menenangkan diri (bagi yang punya uang mungkin iya, tapi bagaimana yang tidak memiliki?),
Hematnya adalah berkunjung ke alam terbuka (hutan, danau dan gunung). Selain dapat menghirup udara segar pengunjung tak perlu membayar alias gratis. Toh, kita tetap bisa ber-swafoto.
Saya percaya, menghabiskan waktu di alam bisa menjadi obat terbaik menghilangkan stres yang ujungnya menjadi depresi.
Dan salah satu spot terbaik menghilangkan stres itu adalah hutan kota Unhas.
Terbukti, saban hari, dari remaja hingga orang tua. Tak lelah menghabiskan waktu di hutan kota itu. Ada yang ber-swafoto, ada juga yang berkemompok melakukan senam sore. Unhas sebagai oase. Menghadirkan keteduhan dan kesejukan di antara gedung-gedung tinggi. Pimpinan Unhas menyadari itu sebagai bagian dari tri dharma. Pimpinannya juga cerdas memikirkan strategi pemasaran, Unhas membangun citra bahwa dengan berubah menjadi BLU tidak lantas fasilitas dinomor-tiga-kan, kualitas pendidikan seiring sejalan dengan peningkatan fasilitas pendukung.
UNHAS berusaha mengatakan, BLU adalah jalan untuk berubah menjadi kampus berkualitas, berwawasan lingkungan dan terdepan dalam pelayanan pendidikan.
Segala elemen dipermak sedemikian rupa menghadirkan UNHAS BARU dan mengikis opini negatif tentang BLU yang serba mahal. Taman Kota/hutan kota sebagai ornamen kampus adalah cara meningkatkan citra positif kampus itu. dan tidak ada yang salah, kampus-kampus terkenal di pulau Jawa melakukan hal yang sama. Pendidikan adalah bisnis yang prospektif.
Membaca media cetak lokal, Fajar menyoal tentang masyarakat kota yang dihantui dengan depresi. tidak tanggung-tanggung koran itu menempatkan isu tersebut sebagai headline tiga hari berturut-turut. Saya membaca opini seorang dokter muda di koran itu, bahwa tingkat depresi di Sulawesi Selatan sangat tinggi dengan mengutip hasil riset tahun 2012 bahwa sebanyak 533.721 Orang di Sulawesi Selatan mengalami depresi.
Ini menandakan bahwa depresi membutuhkan jalan keluar. Berbelanja di mall bukanlah salah satu cara menenangkan diri (bagi yang punya uang mungkin iya, tapi bagaimana yang tidak memiliki?),
Hematnya adalah berkunjung ke alam terbuka (hutan, danau dan gunung). Selain dapat menghirup udara segar pengunjung tak perlu membayar alias gratis. Toh, kita tetap bisa ber-swafoto.
Saya percaya, menghabiskan waktu di alam bisa menjadi obat terbaik menghilangkan stres yang ujungnya menjadi depresi.
Dan salah satu spot terbaik menghilangkan stres itu adalah hutan kota Unhas.
Terbukti, saban hari, dari remaja hingga orang tua. Tak lelah menghabiskan waktu di hutan kota itu. Ada yang ber-swafoto, ada juga yang berkemompok melakukan senam sore. Unhas sebagai oase. Menghadirkan keteduhan dan kesejukan di antara gedung-gedung tinggi. Pimpinan Unhas menyadari itu sebagai bagian dari tri dharma. Pimpinannya juga cerdas memikirkan strategi pemasaran, Unhas membangun citra bahwa dengan berubah menjadi BLU tidak lantas fasilitas dinomor-tiga-kan, kualitas pendidikan seiring sejalan dengan peningkatan fasilitas pendukung.
UNHAS berusaha mengatakan, BLU adalah jalan untuk berubah menjadi kampus berkualitas, berwawasan lingkungan dan terdepan dalam pelayanan pendidikan.
Segala elemen dipermak sedemikian rupa menghadirkan UNHAS BARU dan mengikis opini negatif tentang BLU yang serba mahal. Taman Kota/hutan kota sebagai ornamen kampus adalah cara meningkatkan citra positif kampus itu. dan tidak ada yang salah, kampus-kampus terkenal di pulau Jawa melakukan hal yang sama. Pendidikan adalah bisnis yang prospektif.
**
Akhirnya, berlama-lama di hutan kota Unhas membuat kami lupa menjejali tempat-tempat ‘bersejarah’ ketika kami masih aktif kuliah dulu. Saya ingat, sebagai napak tilas saya selalu berawal dari RAMSIS, FISIP, FKI BEM FISIP, HMI FISIP, Kemasos (Himpunan mahasiswa Sosiologi) EBS Unhas, Lapangan Bola, dan Pintu II (sekarang tidak seru, tidak ada kedai baca dan kedai Sarabba’). Sedangkan istri saya, memulainya di Telkomas, Pertanian, lalu…(selebihnya tidak tahu karena kami memang tidak pernah sebelumnya bertemu di kampus, konon katanya kembang Fakultas Pertanian. konon).
Kami bertemu setelah menjadi alumni. Ya, nasib adalah kesunyian masing-masing kata Chairil Anwar. Nasib pula yang membawa kami bernostalgia di kampus rindang ini.
![]() |
Anak Kami Zahra Sedang Memberi Pakan Rusa Totol di Penangkaran Unhas |
![]() |
Jalan Setapak Hutan Kota Unhas (Foto: Dokumentasi Pribadi) |
![]() |
Hutan Kota Spot Bagus Untuk Pengambilan Gambar |
![]() |
Jalan Setapak Hutan Kota Unhas (Foto: Dokumentasi Pribadi) |
![]() |
Swafoto di Hutan Kota Unhas ( |
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.