Saat ini pekembangan dunia digital telah memudahkan akses
informasi di berbagai bidang. Internet sebagai varian digital telah merubah kehidupan kita dari urusan rumah tangga hingga urusan bernegara. kerennya disebut internet of things (IoT), segala kehidupan berkaitan dengan komputer atau internet.
Adanya IoT, hampir segala
urusan kehidupan kita, dari dapur (grabfood, gofood) hingga urusan keuangan (fintech) merubah prilaku kita. lainnya, artificial intelligence (AI), Data Besar dan Algoritma mengatur perangkat di internet berjalan seperti otak manusia.
Dunia internet adalah bank data yang menyimpang berjuta
informasi. Tak salah jika Data dalam dunia digital sangat berharga bahkan
sebagian orang berpendapat harga ekonomi sebuah datad dapat melebihi harga minyak. Tak ayal, banyak institusi
yang berlomba-lomba memiliki Bank data untuk banyak keperluan. Facebook hanyalah salah satu contoh bagaimana
himpunan data yang disimpan perusahaan milik Mark Suckerberg ini menentukan
psikologi pemilih di Amerika Serikat. Belum lagi perusahaan keuangan yang membutuhkan data untuk keperluan pasar.
Bagaimana dengan kita Indonesia? Sebenarnya data yang kita miliki
sangat banyak jika dilihat dari jumlah penduduknya. Dengan sekitar 260 juta
orang, Indonesia adalah data besar (Big Data) yang berguna untuk banyak
kepentingan dari menyelesaikan persoalan seperti kemiskinan, pengangguran dan
kesehatan hingga kepetingan politik. Dengan data yang tepat persoalan sosial ekonomi Ekonomi, politik dapat diketahui hingga tepat
dalam pengambilan keputusan.
Demokratisasi Data
Vivi Alatas dalam artikelnya di Kompas (31/10/2019) menyebut
pentingnya data sebagai upaya untuk mencerdarkan bangsa. Menurutya, dengan
kompleksitas permasalahan yang dihadapi Indonesia sudah saatnya pemerintah
mengambil kebijakan berdasarkan bukti bukan sekadar intuisi atau persepsi.
Persoalan ketimpangan social, buruknya pelayanan kesehatan
adalah satu dari berbagai persoalan kompleks yang membutuhkan data valid. Kita punya
BPS yang menyediakan data masyarakat Indonesia dalam angka kuantitatif. Institusi
ini sudah melakukan upaya penyebarluasan informasi yang menjadi rujukan
pemerintah, lemabaga swasta dan masyarakat dalam pengambilan kebijakan. Upaya demokratisasi
data sudah dijalankan.
Sebuah upaya dari lembaga non-pemerintah yang terus
mendorong demokratisasi informasi yang dalam bahasa Vivi Alatas—langkah
mencerdaskan bangsa adanya platform Drone Emprit. Ismail Fahmi melalui lembaganya Drone Emprit mengukur
secara kuatitatif percakapan warga di internet. Langkah ini berharga di tengah miskinnya sajian data
atau informasi yang sifanya ‘tertutup’.
Melalui Drone Emprit kelompok studi dari berbagai kalangan dapat berdiskusi dan saling menyebarkan informasi guna kepetingan pendidikan informasi yang diberi nama drone emprit academy (DEA).
Ini sebagau bentuk literasi digital di era digital di Indonesia.
Sebagai bentuk literasi digital, DEA berkontribusi
mencerdaskan warga melalui sebaran informasi. Informasi ini dibutuhkan public sebagai
pendidikan mengelola informasi sehingga tidak berujung pada penyebaran
informasi yang salah atau hoaks.
Di era digital sekarang ini banyak informasi
yang tersebar namun banyak ragamnya, baik yang sifatnya terverifikasi atau hanya sekedar infrmasi palsu (hoaks). Sudah saatnya warga dicerdaskan dengan data.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.