![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN8Qg0T_V5VVRfh0V2MDCcJ-PP_h2eNritLdYfT-kmyI1c_1XSlQ5avcENcoKMazPqhZ2IHEI8pX8w7vxwA24hnPohv1MU_ssWHKNMd9Yf92cDXtysiXu4njAfidZYbe0jpOK9WUNI2zg/s400/sayap2.jpg)
Ie...ie...ie bele wea seru molo mesa...a..a..a
Ie...ie...ie bele wea seru molo mesa...a..a..a
Seru kai nonge, nebu ola kobe one, ie nonge, ola baje wole..a..a..a..
(IE - flores island folksong : Dwiki Darmawan feat Dira Sugandhi)
Lagu IE hadir sebagai penanda kerinduan akan sayap-sayap yang merapat, sebab burung-burung di flores menjadi langka. Saya pun teringat tulisan Alan Weisman dalam bukunya the world without us (dunia tanpa kita). Pada bagian ‘sayap-sayap tanpa kita’ Weisman secara alegoris pada kenyataan bahwa burung-burung menjelang kepunahan di belahan bumi akibat perubahan iklim dan aktifitas manusia.
“Dalam dunia tanpa manusia, apa yang akan tersisa untuk burung-burung ? apa yang akan tersisa dari burung-burung ? di antara lebih dari 10.000 spesias yang telah hidup bersama-sama dengan kita, dari kolibri dengan berat kurang dari uang logam paling murah hingga burung moa tak bersayap yang memiliki berat 270 kilogram, sekitar 130 telah menghilang.”
Menghilangnya beberapa spesies burung bukanlah tanpa sebab, konversi hutan menjadi tambang, gedung-gedung dan pembabatan liar membuat tidak ada tempat lagi yang nyaman buat sayap mereka untuk hinggap di dahan.
Walaupun burung-burung menghabiskan sebagian besar waktu di udara dengan sayap-sayap anggunnya tentu mereka butuh hinggap dan berteduh. Saya tidak tahu apakah masih ada tempat aman bagi mereka ?. Di sangkar mungkin masih bisa bahagia, tapi mereka lebih bahagia dengan habitat aslinya : alam bebas.
*Judul Asli dari bagian buku Alan Weisman, The World Without Us, (Gramedia, 2009)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.