Tahun baru dimana? Pertanyaan ini seringkali muncul setiap tahun baru tiba. Ada yang menghabiskan waktu tahun barunya di pantai, ada yang di gunung, di tempat bernyanyi, di jalan, di hotel, di gang-gang, samapi di rumah jabatan.
Tahun baru sudah seperti ritual yang hanya disamai oleh hari hari besar keagamaan. Semua tumpah ruah, bernyanyi, menari hingga akhirnya mabuk. Orang rela menghabiskan uang untuk merayakan pergantian dari bulan desember ke januari ini.
Entah apa semua ini bagi saya hanyalah satu: kenikmatan. Itu saja. Kenikmatan untuk satu malam penuh. Hingar bingar luapan manusia, deru kendaraan dan letusan kembang api silih berganti. Ini hanya bermuara pada kenikmatan. Satu malam saja. Di tahun yang baru (masehi).
Saya pernah merasakan suasana seperti ini (tiap tahun malah) ketika masih lajang. Berkeliling dari satu tempat ke tempat lain tapi bukan tempat 'hiburan'. Di gunung, di pantai.
Tak hanya kenikmatan. Orang melihat tahun baru sebagai pertarungan nasib (nasib baik dan buruk) itu yang mereka sebut resolusi. Tentang tahun yang lewat yang buruk berganti menjadi kebaikan atau tahun yang lewat dengan kesuksesan ditambahkan lagi kesuksesan berikutnya di tahun yang baru. Resolusi ibarat memancing dengan harapan mendapat ikan besar.
Tapi ada orang yang memaknai tahun baru dengan seduh sedan. Umur bertambah, dan segenap kecemasan akan ramalan dan shio.
Setangkup cerita tahun baru berisi kenikmatan, harapan, nasib baik dan nasib buruk juga pada ramalan-ramalan.
***
Ada yang bertanya tahun baru dimana? Dengan mantap saya menjawab di rumah menemani istri dan anak saya.
- kisah 2014 di antara deru mesin kendaraan, suara terompet dan letusan kembang api.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.