Jika kemajuan adalah kapitalisme, maka Kuba adalah sebuah masa lalu. Ia seakan menjadi sebuah pulau ganjil. Dalam tudung sosialisme yang kuno, terpisah secara ekonomi yang global, gigih, ganas. Catatan Pinggir Goenawan Mohamad di tahun 1999 itu mengingatkan saya buku yang lalu dan lain-berkisah dari pulau kurus di Amerika Latin-Chili. Arif Budiman, Jalan Demokratis Menuju Sosialisme (pengalaman Chili di bawah Allende) membuka dengan mengantar pidato Salvador Allende :
Pidato yang berapi-api dihadapan rakyat Chili itu seakan membuka jalan Chili (Via Chilena) menuju sosialisme. Disini, Sosialisme baru saja diretas di negara kecil bagian amerika latin itu. Allende yang Marxis itu berusaha merubah masyarakat Chile menuju sosialisme. Tapi Sosialisme juga bukanlah kata baku, tidak langgeng dan tetap. Setelah tiga tahun. Via Chilena Allende harus berakhir dalam kudeta berdarah.
Allende yang porak poranda di tahun 1973. Kelompok militer melakukan kudeta berdarah. Skaligus merenggut sang presiden Marxis itu. mimpi sang presiden Marxis pun pupus.
Toh, sosialisme bukan jalan baru Chili, ideologi ini telah lahir lama, bermula dari mimpi-mimpi Marx untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Mimpi Marx inipun menyebar seperti candu. Sosialisme adalah sebuah cita-cita skaligus mimpi. Mengembara denga semangat kebersamaan.
Jalan sosialisme Chili bukan tanpa alasan, perekonomian bergantung pada negara kapitalisme Amerika. Lahan-lahan sebagian besar dikuasai kaum borjuasi. Kondisi inilah yang tidak disukai Allende. Alende pun bermimpi dan mendambakan masyarakat Chili yang demokratis.
Tak penting sosialisme atau kapitalisme, jika mau meminjam istilah Deng Shio Ping, mantan pemimpin visioner China itu, ia berkata
China dianggap tidak demokratis, ia berjalan dengan caranya namun berkembang menjadi kekuatan yang besar di abad 21. Solialisme belumlah mati hingga hari ini, paling tidak semangat Allende hadir di beberapa kehipan benua yang ganjil itu.
“Sekarang rakyat telah berhasil merebut kekuasaan atas nasib mereka sendiri untuk berderap maju menuju sosialisme melalui jalan demokratis”
Pidato yang berapi-api dihadapan rakyat Chili itu seakan membuka jalan Chili (Via Chilena) menuju sosialisme. Disini, Sosialisme baru saja diretas di negara kecil bagian amerika latin itu. Allende yang Marxis itu berusaha merubah masyarakat Chile menuju sosialisme. Tapi Sosialisme juga bukanlah kata baku, tidak langgeng dan tetap. Setelah tiga tahun. Via Chilena Allende harus berakhir dalam kudeta berdarah.
Allende yang porak poranda di tahun 1973. Kelompok militer melakukan kudeta berdarah. Skaligus merenggut sang presiden Marxis itu. mimpi sang presiden Marxis pun pupus.
Toh, sosialisme bukan jalan baru Chili, ideologi ini telah lahir lama, bermula dari mimpi-mimpi Marx untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Mimpi Marx inipun menyebar seperti candu. Sosialisme adalah sebuah cita-cita skaligus mimpi. Mengembara denga semangat kebersamaan.
Jalan sosialisme Chili bukan tanpa alasan, perekonomian bergantung pada negara kapitalisme Amerika. Lahan-lahan sebagian besar dikuasai kaum borjuasi. Kondisi inilah yang tidak disukai Allende. Alende pun bermimpi dan mendambakan masyarakat Chili yang demokratis.
Tak penting sosialisme atau kapitalisme, jika mau meminjam istilah Deng Shio Ping, mantan pemimpin visioner China itu, ia berkata
“tak peduli kucing itu berwarna hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus”Demokrasi kata Goenawan Mohamad adalah sebuah sistem yang siap utuk kecewa. Karena demokrasi yang kita puja adalah sistem sebuah sejarah, sedang dengan ratu adil berada di luar sejarah. Sebuah yang tak terjangkau.
China dianggap tidak demokratis, ia berjalan dengan caranya namun berkembang menjadi kekuatan yang besar di abad 21. Solialisme belumlah mati hingga hari ini, paling tidak semangat Allende hadir di beberapa kehipan benua yang ganjil itu.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.