Tuesday, August 2, 2011

Memburu senja hingga ke samudra hindia

Pada suatu waktu, menjelang puasa, sekawanan pencari ilmu dari seberang pulau Sulawesi memburu senja yang perlahan-lahan beringsut. Senja memerah di ujung horizon pantai selatan, Samudra Hindia itu bergemuruh, ombak menghantam-hantam pantai. Desingan angin mengombangambingkan pohon cemara itu.

Di ujung selatan Bantul, niat kami (sebenarnya) mencari telur ayam pelung—ayam yang terkenal suara merdunya. Telur itu pesanan dari Kendari. Salah satu keluarga senior memang mengoleksi jenis ayam unik itu. dari sini, Bantul tidak hanya menciptakan lanskap hijau dan kerajinan tangan (desa krapyak, pasar hewan, desa kasongan) namun juga menawarkan panorama alam yang lain. Pantai Selatan-Samudra Hindia.

kiri-kanan : Syamsul Anam, M.Ec.Dev, Obiet dan Saya... :)


Sore itu kami baru sampai, padahal dari Jogja ke Bantul tidak cukup 2 jam—berangkat pagi—namun susahnya rumah tujuan yang kami cari, maka waktu 2 jam tidak cukup. butuh berjam-jam menemukan pedagang ayam pelung itu, yang ternyata juga alumni UGM. Heran skaligus salut, seorang sarjana yang dulu (katanya) aktivis rela mengasingkan diri di pelosok kampung. Dan menjual ayam pelung. Berangam jenis unggas yang tergolong mahal dijualnya. Ayam bekisar, ayam hutan, ayam pelung, ayam italia, ayam taiwan (yang konon dagingnya meningkatkan gairah seks), dan beberapa ekor merpati hias. Harga tiap ekor tidak main-main, yang paling kecil dihargai Rp150 ribu. Telurnya dihargai Rp25 Ribu. Luar biasa. Tapi jika hobby, orang rela mengeluarkan berapapun untuk memuaskan hasrat itu. Dalam hobby tak mengenal harga.

***
Setelah menghabiskan waktu bersama penjual ayam pelung itu. ada niat untuk tidak melewatkan senja di pantai selatan. tepatnya di pantai kawaru. Tempat sejuk dengan rimbunan pohon-pohon. Sisa waktu kami cuman beberapa jam untuk bisa melihat matahari senja. Dan akhirnya kesampaian juga.

Menyaksikan samudra lepas seperti ini adalah keinginan yang di pendam-pendam, waktu kuliah dan mood bisa jadi masalah. Tapi akhirnya sampai juga. Di bibir pantai bertuliskan “dilarang berenang di pantai”. Menyaksikan ombak bergulung-gulung, saling mengejar memang menakjubkan. Tapi untuk berenang, nyawa bisa menjadi taruhan. Mengapa ? laut selatan terkenal dengan ombak kerasnya, belum lagi mitos yang selalu mengikuti. Nyi Roro Kidul. Ratu Pantai Selatan. maka kami hanya menyaksikan dengan terkagum-kagum. Hanya beberapa orang yang dipantai itu, entah mengapa lengang. Paling tidak senja yang perlahan lahan memudar dapat kami saksikan. Saya dan beberapa teman berkejaran di pantai dengan alunan suara ombak yang bergemuruh. suasana mistik sangat terasa.

Ada isyarat yang tak bisa kami lepaskan disitu, senior kami yang baru wisuda magister akan meninggalkan jogja, sedangkan isyarat lain adalah penghibur menjelang puasa. Betapa nikmat hari itu. laut selatan misterius, unik dan meggetarkan.

-------------
--saat tulisan ini ada, senja masih memerah di ufuk selatan. kami-kak utu, Dhambo, obit dan saya-masih merasakannya, hanyut dalam masa bersama. salah satu diantara kami sudah purna kuliah dengan titel barunya (Syamsul Anam, M.Ec.Dev) orang yang meninggalkan jauh di kampung menuntut ilmu. Ramadhan semalam lagi menanti. Yogyakarta 280711





No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.

< > Home
emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.