![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigOCtvRe_LGEWi5kYOxJw2QsDq-awao0-LsaTgrxlCA7D5LJtKn6MDR1ZzBsCpvC1-_CtE3ZgbgPuVn94yytOFbTMQOhfX-SpRoZYNfdkwhNZCxPVnOn1EBzh0DZx2VwymqNanat9LArc/s400/rantin.jpg)
tiga ranting
perlahan,
melepas dedaunan dengan rela : tak kuasa lagi menahannya disana
Ranting dan sebait puisi hujan bulan juni
: untuk non
Ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni. ya, Ranting itu, dengan kesabarannya mencintaimu. Walaupun kau tak menyadari. Ia mencintaimu diam-diam. Tak pernah berfikir untuk berkataRanting (dan) kita
Ranting itu yang dalam suka dan tawamu menemani. tak bosan menjagamu. Walau kau tak menyadarinya. Setia apa adanya. Tak pernah berniat berpaling
Ia jua yang lebih tabah dari hujan bulan juni. Dibiarkan perasannya tertahan tak terungkap. Walau kau menyadarinya. ia rela menahan waktu. Menunggu senja beringsut perlahan-lahan. Menjemputnya
Ranting itulah yang lebih tabah dari hujan bulan juni. Tak ada yang lain. Memujamu tak henti-hentinya. Ia masih disitu diranting itu
ini tentang kita
Saat mengenang masamasa silam di jalan itu.
Bertukar tawa, air mata, dan kesiasiaan
Masih tentang kita
Saat menuliskan sebait cerita di kertas berwarna dan menggangtungnya dirantingranting pohon itu. tak habis-habis kata untuk di eja. Tak lekang pula waktu menunggu hinggai kertas-kertas itu memudar dan lapuk. Diurai waktu
Dan ini akhir dari kita
Ketika harapan sebatas utopia, tak berwujud seperti cerita dalam kertas itu : menghilang dan tenggelam
cerita kita ada diranting itu.
Yogya, 210611
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung di halaman saya.